Pemberian materi dalam rangka sosialisasi pengenalan rezim anti pencucian uang kepada siswa SMAK 2 Penabur Jakarta, Kamis (2/2). (Sumber foto: PPATK)

JAKARTA -- Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menggelar sosialisasi tentang pengenalan rezim anti pencucian uang di SMAK 2 Penabur, Jakarta, Kamis (2/2). Kegiatan ini rutin dilakukan oleh PPATK sebagai bentuk pengenalan terhadap bahaya dampak pencucian uang serta kontribusi yang bisa diberikan siswa guna mencegah terjadinya praktek pencucian uang di sekitarnya.

Ketua Kelompok Hubungan Masyarakat PPATK Hendri Hanafi menyampaikan bahwa negara dalam kondisi yang memprihatinkan, ketika berbagai praktek penyimpangan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari sudah dianggap biasa. Penyimpangan bersifat kecil seperti menyebrang jalan tidak pada tempatnya hingga korupsi yang tidak malu dilakukan para pejabat negara, menunjukan ada sesuatu yang salah di negeri ini dan harus segera diperbaiki.

"Saya berbicara di depan generasi penerus, calon-calon pengemban amanah yang akan memimpin bangsa dan negara ini. Berbagai praktek penyimpangan ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi. Kita ubah paradigma kita menjadi agen perubahan, yang mengubah bangsa ini menjadi lebih baik. Bonus demografi yang dimiliki negara ini di masa depan harus menjadi momentum perbaikan." urai Hendri.

Materi yang disampaikan antara lain terdiri dari pengenalan, sejarah, penyebab, dan dampak pencucian uang, pengenalan tugas dan fungsi PPATK, hingga pemaparan berbagai contoh kasus pencucian uang yang pernah terjadi. Para siswa juga diajarkan untuk mengembangkan budaya berani bertanya bila menerima uang, hadiah, dan berbagai penerimaan lainnya kepada si pemberi, meskipun pemberi itu adalah orang tua sendiri. Budaya ini perlu dikembangkan dan menjadi kebiasaan guna memastikan dampak merusak pencucian uang tidak menjalar hingga ke berbagai pihak, yang dalam beberapa kasus turut menyeret keluarga terdekat. (TA)